Menurut konsultan seksologi dari Klinik Pasutri, Dr Boyke Dian Nugraha SpOG MARS, tidak sedikit pasutri yang datang ke kliniknya yang menyatakan penyebab datangnya orang ketiga ini karena pasangannya sudah tidak bergairah lagi atau tidak sejalan dalam pemikiran.
"Gairah yang menurun, cara yang membosankan, dan suasana yang tidak mendukung menjadi salah satu penyebab keretakan hubungan," ungkap Boyke dalam talkshow "Menyikapi virus cerai dan selingkuh bagi pasutri di metropolitan" yang diselenggarakan produsen kondom Durex di Jakarta, belum lama ini.
Penelitian di Klinik Pasutri yang melibatkan 500 pasien pada 2002-2007 mengungkapkan, 58 persen penyebab perselingkuhan adalah faktor komunikasi dan 28 persen faktor seks. Sisanya, 14 persen dipicu faktor lain seperti tidak punya anak, perbedaan penghasilan dan amarah terpendam.
Di antara pasien wanita yang datang dengan masalah seksual, Boyke menyebutkan, sekitar 52 persen mengaku tidak pernah atau jarang mengalami orgasme (anorgasme), 20 persen mengalami kasus vaginisme, 18 persen dispireunia, dan 10 persen masalah lainnya seperti gangguan libido.
"Sementara pada pasien pria, 46 persen dikarenakan disfungsi ereksi, 38 persen ejakulasi dini, 10 persen gangguan libido, dan enam persen faktor lainnya," beber Boyke.
Hubungan intim yang berkualitas merupakan hal penting dalam hubungan suami istri. Sering kali adanya penyelewengan disebabkan kehidupan pasangan suami istri dalam memenuhi kebutuhan seks tidak memuaskan pasangannya sehingga pasangan tersebut mencari kepuasan di luar lembaga perkawinan. Hal ini dapat terjadi, baik pada sisi pria maupun wanita.
Perselingkuhan (extramarital affair) adalah hubungan seksual di luar perkawinan. Ini dapat terjadi singkat atau lama, dengan tingkat keterlibatan emosional yang rendah atau tinggi.
Pada sebagian besar kasus, pasangan tidak mengetahui tentang perselingkuhan tersebut dan tidak memberikan persetujuan. Perselingkuhan yang melibatkan emosional tinggi dapat terjadi bila pelaku merasa cocok secara seksual, emosional dan intelektual.
Diawali pertemuan kecil, pertukaran perasaan, dan seks, lantas terbentuk rasa saling ketergantungan emosional satu sama lain. "Dalam selingkuh itu biasanya pasti ada aktivitas seksual, tidak sekedar curhat atau berpegangan tangan," katanya.
Pada umumnya perselingkuhan lebih sering mengancam kehidupan pernikahan dan karier. Terlebih bagi tokoh panutan masyarakat, selingkuh dapat seketika mencoreng nama baik dan menjatuhkan reputasi orang bersangkutan di hadapan publik.
Anda tentu masih ingat dengan skandal perselingkuhan mantan Presiden AS Bill Clinton dan Monica Lewinsky yang menghebohkan itu kan? Mengingat pria umumnya mudah tertarik pada tampilan fisik wanita, kecenderungan selingkuh pun lebih banyak pada kaum adam ini, yakni sekitar 65 persen.
Sementara pada wanita, hanya 20 persen yang menyelingkuhi pasangannya. Yang mengejutkan, Boyke menyebutkan, dua dari 10 pria menikahi pasangan selingkuhnya, dan 40 persen usia rata-rata wanita yang diselingkuhi adalah 40 tahun ke atas.
Simak saja romansa putra mahkota kerajaan Inggris, Pangeran Charles, yang pada 2005 silam menikahi mantan pacar sekaligus pasangan selingkuhnya, Camilla Parker Bowles. Saat menikah, keduanya sudah berusia di atas 50 tahun (Charles 56 tahun dan Camilla 57 tahun).
Pasangan presenter Shahnaz Haque dan Gilang Ramadhan yang telah delapan tahun membina mahligai rumah tangga mengaku tidak khawatir terserang "virus" selingkuh. "Kuncinya saling respek dan mencintai. Selingkuh itu kanmungkin enaknya waktu sembunyi-sembunyinya, dapat SMS dari selingkuhan, lalu senyum-senyum sendiri, tapi lama-lama pasti jenuh juga. Jadi, lebih baik tetap dengan pasangan lama, tapi mencoba 'gaya' lain," tutur ibu tiga putri ini.
"Gaya" lain yang dimaksud Naz, sapaan akrab Shahnaz Haque, salah satunya mengacu pada variasi dalam hubungan seksual yang dapat membuahkan sensasi dan kepuasan bersama yang mungkin belum pernah dialami sebelumnya. Boyke menegaskan, seks memang merupakan insting, namun bukan berarti tidak dapat dipelajari, dilatih, atau dikendalikan.
"Pasangan harus mampu melatih dan mengendalikan gairah seksnya melalui seni bercinta dan penjagaan kondisi fisik dengan baik sehingga keharmonisan rumah tangga akan terjaga," tandasnya.
Lebih lanjut Boyke menyarankan, untuk mendapatkan sensasi yang berbuah kenikmatan, tak ada salahnya pasutri mencoba variasi gaya bercinta. Misalnya, posisi wanita berbaring telentang dan pria di atas (missionary), posisi pria berbaring telentang dan wanita di atas (woman on top), atau wanita dalam posisi lutut siku, pria dari belakang.
Coba juga eksplorasi gaya lainnya seperti posisi berdiri, menyamping, bahkan duduk. Selain itu, Boyke mengingatkan bahwa seks itu bukan sekadar penetrasi penis ke liang vagina. Lebih dari itu, kedua belah pihak harus merasakan kepuasan yang sama karena pada dasarnya seks itu juga merupakan rekreasi sehingga harus fun.
"Setelah selesai making love dengan istri, suami jangan langsung balik badan lalu tidur. Lakukan aktivitas memeluk atau ucapan terima kasih," saran dia.
Keterbukaan dan saling memahami pasangan juga merupakan kunci hubungan intim berkualitas. Boyke menuturkan, anorgasme pada wanita salah satunya disebabkan ketidakmampuan mengenali titik-titik erotis pasangan.
"Wanita itu punya dua pusat orgasme, yaitu klitoris dan G-spot. Letaknya kira-kira sepertiga bagian atas vagina. Suami saat meraba bagian ini juga harus elegan, istilahnya seperti menulis di atas kaca berembun. Ironisnya, penelitian menunjukkan, 75 persen pria bahkan tidak tahu letak G-spot ini," sebut Boyke.
Lebih lanjut pria berkacamata ini menambahkan, alternatif lain dalam menggelorakan kembali gairah seks adalah mencoba pengalaman baru alat bantu seks, salah satunya kondom. Jangan salah, kondom yang tersedia di pasaran saat ini sudah sangat beragam loh.
Sumber : okezone.com